Rahasia kesuksesan dan kebahagiaan itu sesunguhnya terletak pada
kemampuan kita dalam menyerap makna dari pelajaran-pelajaran yang ada di alam ini untuk diproses lebih lanjut oleh hati menjadi suatu keyakinan yang mantap.
Selama manusia menemukan jalan yang akan membawanya pada kebahagiaan itu.
Katakanlah, suatu ketika terjadi peristiwa yang disaksikan oleh ratusan pasang
mata. Apakah semua orang yang melihat peristiwa itu mengambil hikmah dalam
bentuk yang sama? Tentu saja tidak. Karena penalaran masing-masing orang
disamping bergantung pada kemampuan akal, ilmu dan kepandaian yang dimilikinya,
juga sangat bergantung pada ketulusan niat dan kebersihan jiwanya
masing-masing.
Orang yang selalu menjaga dirinya, yaitu orang yang tidak mengotori
hatinya dengan segala bentuk dendam, egois, dengki, keras kepala, dan lain
sebagainya, akan dapat melihat hakikat suatu kejadian atau peristiwa tanpa ada
tirai yang menghalangi. Sebaliknya orang yang larut dalam sifat-sifat tercela,
maka cahaya Illahi tidak akan dapat mampir di hatinya. Mereka itulah yang
dikatakan mempunyai telinga namun tidak mendengar, dan mempunyai mata namun
tidak melihat. Mereka tidak dapat memetik hikma dari peristiwa kehidupan yang
sebenarnya sarat dengan pelajaran dan nasihat. Hal ini adalah wajar-wajar saja.
Bukankah untuk menangkap sesuatu yang suci, seperti cahaya Illahi, harus
menggunakan wadah yang suci juga?
Dengan menyadari hal
di atas, masihkah kita mempunyai keinginan untuk dapat melihat apa yang
tersirat dari suatu yang tersurat!.
No comments:
Post a Comment