Cinta Utuh

Bukankah manusia diciptakan dengan segala kebaikan? Dan dijauhkan dari segala keburukan!
Untuk apa lagi kita berlelah memikirkan suatu keburukan yang belum tampak! Kendatipun aromanya tercium, bisa jadi itu bisikan dari iblis.
Tutuplah pintu untuk kecurigaan yang tak berbunyi itu. Karna hanyalah merusak taman bunga rampai.
Jika kita jengkel terhadap setiap gesekan, bagaimana cermin kita akan dipoles?
Pun tugas kita bukanlah juga untuk mencari cinta, tapi sekadar untuk mencari dan menemukan segala penghalang di dalam diri sendiri yang kita bangun untuk menahan cinta itu .
Jangan pula kita seperti iblis, hanya melihat air dan lumpur ketika memandang Adam.
Tidaklah elok bertengkar dengan hati menyatakan bahwa kita lebih mengenal tulisan Tuhan dibanding yang lain.
Karena Tuhan tanpa ruang dan waktu.
Keakraban dan keramahan lahir bila jiwa kita jadi gembira.
Sebab di manapun kita bersemayam, jalan untuk mencapai kesucian hati ialah melalui kerendahan hati.
Namun bila sakit karena cinta menambah
keinginanmu, bunga-bunga mawar dan lilinlah mengisi taman jiwamu.
Sebab, bahwa dasar semua cinta adalah kebajikan moral.
Itulah pondasi agama.
Apapun yang kita ketahui tentang agama, itu masihlah kulit.
Terlebih-lebih bila berdebat soal agama, taklah membuktikan kesucian diri.
Agama tidaklah untuk diperdebatkan, tetapi untuk dicintai.
Lihatlah dunia ini secara luas.
Pikiran kita masihlah sebesar biji anggur.
Namun langit tak beratap.
Kemampuan kita masihlah sebatas meja.
Lihatlah air laut itu, tak bertepi.
Tubuh kita masihlah seluas papan.
Angin itu tanpa alas.
Kita sama-sama mendapat satu cahaya, wahai penghuni bumi.
Kita dilahirkan memiliki sayap, mengapa
lebih memilih hidup merangkak.
Bersyukurlah untuk siapa pun yang
datang, karena masing-masing telah
dikirim sebagai panduan dari luar: memberi kabar, memberi nasihat.
Hikmah Tuhan menciptakan dunia supaya
segala sesuatu yang ada dalam
pengetahuan-Nya menjadi tersingkap.
Yaitu cinta utuh, dari-Nya.