Ada seorang ahli hikmah yang berkata bahwa bila Tuhan memberi nikmat
kepada kita, sebenarnya Dia ingin kita tahu bahwa Dia itu Maha Baik; sebaliknya
bia Dia memberi musibah kepada kita, sebenarnya Dia itu ingin memberi hikmah.
Bila kita renungkan, rasanya memang benar. Kalau kita terpaku hanya pada
musibahnya saja, maka jelas bagaimanapun musibah itu pasti jelek, namun bila
kita tidak memfokuskan hanya pada
musibah itu saja, tetapi juga melihat segala aspek yang ada, maka akan terlihat
justru karena adanya musibah itulah hidupnya menjadi lurus. Hal ini mungkin
lebih jelas kalau kita lihat tahi lalat yang berada di waja seorang wanita.
Kalau kita hanya memfokuskan mata kita pada tahi lalat itu saja, maka tahi
lalat itu memang tampak buruk sekali. Tetapi bila kita pandang wajah wanita itu
secara keseluruhan, justru wajahnya tampak cantik karena adanya tahi lalat itu!
Kita juga sering kali mendamba-dambakan mempunyai harta yang
berlimpah, pangkat yang tinggi, atau pun menjadi orang yang sangat terkenal.
Begitu tingginya keinginan itu sehingga seringkali kita wujudkan dalam tindakan
berupa menundukan atau merendahkan diri sedemikian rupa pada orang-orang kaya
ataupun pada orang-orang yang berpangkat. Padahal statistic menunjukkan bahwa
orang kaya atau orang berpangkat itu lebih banyak yang mengalami stress
atau pun tenggelam dalam maksiat ketimbang petani miskin di desa. Jadi
sebenarnya menjadi kaya raya ataupun berpangkat tinggi itu ternyata bukan
merupakan jaminan untuk dapat hidup bahagia, apalagi untuk masuk surga.
Dari uraian ini, tampaknya kita harus pandai-pandai bersikap pada
saat menerima musibah ataupun pada waktu mendapatkan kesenangan/kenikmatan
hidup. Karena ternyata musibah maupun kesenangan itu bisa saja mempunyai makna
yang sebaliknya. Bila hal ini dipahami dengan baik, maka kita tidak akan
“memarahi” Tuhan jika suatu ketika Dia memberi kita musibah, ataupun mengira Dia
pasti meridhai segala perbuatan kita, bila kita ditenggelamkan-Nya dalam
kesenangan atau kesuksesan duniawi. Demikian juga, kita tidak akan termasuk
orang yang salah kaprah, yaitu yang memohon ampun pada saat menerima nikmat dan
bersyukur pada saat menerima musibah.
#sumber: Renungan Kalbu
No comments:
Post a Comment