Perilaku orang yang berilmu itu seharusnya berbeda dengan perilaku
orang yang tidak berilmu. Apabila ada orang yang berilmu melakukan sesuatu
perbuatan bodoh sebagaimana yang dilakukan oleh orang yang tidak berilmu, maka
hal ini dapat diibaratkan bagai seorang jawara yang di kala berkelahi lupa akan
ilmu silatnya.
Kini juga masih bisa menemukan seorang polisi yang seharusnya
melindungi warganya, malahan menjadikan warganya itu sebagai sapi perahannya.
Terlalu banyak rasanya contoh senada yang ada di depan mata.
Yang ingin dikemukakan disini adalah sama sekali bukan untuk
menyebarkan gossip yang menimpa orang-orang yang berilmu, tetapi untuk
merenungkan mencari sebab-sebab mengapa orang yang berilmu itu masih dapat juga
terjerumus dalam perbuatan yang sama dengan perbuatan yang dilakukan oleh orang
yang tidak berilmu. Bukankah seharusnya hal ini tidak perlu terjadi?
Munkin salah satu sebab itu ialah karena orang berilmu itu lupa
bahwa dirinya adalah orang yang berilmu. Misalnya saja seorang ulama.
Seharusnya seorang ulama itu menyadari sepenuhnya bahwa dirinya itu berbeda
dengan orang awam. Artinya, bila bagi orang awam wajar saja buang air kecil di
pinggir jalan, tentu hal ini untuk ulama tidak boleh dilakukan. Atau bila bagi
orang awam wajar-wajar saja tertawa terbahak-bahak, maka bagi ulama tidak
berlaku hal seperti ini.
Dengan demikian,
seorang yang berilmu harus menyadari benar konsekuensi akibat menyandang
ilmunya itu. Yaitu, perbuatan yang nampaknya wajar dilakukan oleh orang awam,
menjadi tidak wajar kalau dilakukan oleh nya. Munkin salah satu cara yang dapat
digunakan oleh orang berilmu untuk dapat mengendalikan diri di saat akan
tergelincir, adalah dengan mengucapkan berulang-ulang di dalam hatinya motto: we are different.
No comments:
Post a Comment