Aku lahir di
sebuah Desa Padang Pariaman. Dimana kampung ku itu berdekatan dengan pantai. Aku
kecil tinggal dengan sodara Bapak yaitu bibi ku, karna waktu itu keluarga kami
dilanda kesusahan ekonomi semenjak Bapak ku telah tiada. Bapak ku pergi
meninggalkan dunia ini sejak aku masih di dalam kandungan Ibu, sehingga aku
dibesarkan oleh bibi ku pada saat usia 3 tahun. Aku selalu menangis di tengah
malam, tak kuat hati ini berpisah dengan Ibu ku satu-satunya orang tua kandung
ku yang ada. Kita semua berpisah dari Ibu, hanya kakak pertama yang tinggal
bersama Ibu ku.
Setiap pagi, aku
selalu bermenung di tangga depan rumah bibi berharap Ibu ku datang dan membawa
ku pergi bersamanya. Aku ga peduli sesulit apa pun kehidupan ku yang jelas
keinginanku hanya lah satu, yaitu tinggal bersama Ibu kandung ku. Namun,
kakak-kakak sepupu ku tidak tinggal diam, mereka selalu menghibur ku dengan
bermacam cara agar aku tidak selalu sedih ditinggal Ibu. Aku di ajak
jalan-jalan, dibelikan makanan, bahkan bibi ku sering mengajak ku ke Sekolahan tempat
dia mengajar. Disana Aku disayang oleh para guru-guru dan murid-murid nya. Oh
ya aku lupa memberi tahu, bibi ku itu adalah seorang guru mengajar mata
pelajaran Ekonomi di SMA N.
Sesaat Aku melupakan
kesedihan ku, namun setibanya dirumah Aku teringat lagi dan berharap lagi, “Aku
mau pulang, Aku mau ketemu sama Ibu” ronta ku di sore hari itu. Serentak bibi
ku marah dan berkata “Ibu mu itu pergi jauh, dia ga sayang sama kamu, buktinya
dia ga mau merawatmu dan menitipkan kamu sama kami,” Aku terdiam dan tak kuasa
menahan tangisan ku yang mengharu, lalu bibiku melanjutkan perkataannya “Sudahlah
jangan kau ingat lagi Ibu mu itu, dia sudah pergi jauh dan ga kembali lagi,
kamu di sini aja sekolah, belajar yang rajin, semoga kelak kamu jadi anak yang
berguna bagi keluargamu”.
Aku tak percaya
bahwa Ibu ku sekejam itu kepada anak-anak nya, walaupun Aku masih kecil tetapi Aku
tau kenapa Ibu ku menitipkan Aku di tempat saudara Bapak ku.
Hari demi hari,
bulan demi bulan, Aku pun mulai melupakan kesedihan ku dan sibuk dengan bermain
bersama anak-anak tetangga yang sebaya dengan ku. Mereka lah yang menjadi teman
kecil ku bermain, mereka yaitu: Ari, Adi, dan Adek. Kita semua senasib,
sama-sama tidak memiliki Bapak, namun mereka tetap tinggal bersama Ibu nya, tak
seperti Aku yang ditinggal pergi oleh Ibu ku demi mencari uang untuk melunasi
hutang-hutang Bapak ku.
Tepat di usia ku
4,5 tahun. Aku dititipkan di Sekolahan Dasar, karna dirumah tidak ada yang
menjagaku, Bibi ku juga sering kerepotan ketika mengajak ku ke sekolahan tempat
dia mengajar, bibi ku dan suaminya sibuk kerja dan kakak-kakak sepupu ku juga
masih sekolah. Jadi, rumah sangat kosong tidak ada orang di pagi hari hingga
siang.
Setiap sore, Aku
selalu belajar menulis bersama kakak sepupu ku yang perempuan namanya Ir,
bahkan pembelajaran dirumah berlanjut setelah makan malam hingga jam 09.00 malam,
begitu terus setiap hari. Dia sangat menyayangi ku, dia selalu memandikan Aku di
pagi hari dan juga sore hari. Dia tak pernah memarahiku, selalu lembut ketika
mengajak ku dan mengajari Aku untuk belajar menulis dan membaca, hingga
akhirnya Aku pun bisa menulis dan membaca.
Aku adalah anak
kecil yang banyak disayang orang lain. Di lingkungan ku, aku sangat dikenal.
Karna, Aku memiliki wajah yang imut, putih, dan sedikit gemuk, hehehe.. Aku sering
digendong oleh pemuda-pemuda setempat dan diajakin jajan di warung. Mereka
memanggiku dengan panggilan “cial”. Sebuah panggilan yang berkesan anak manja.
Setiap liburan panjang, Aku selalu diajak jalan-jalan ke Kota Jakarta atau ke
Bandung, mengenal Dufan, Ancol, dan Jakarta Fair.
Hari-hari
ku ditemani runtuhan hujan
Berdendang
indah di atas genteng
Gemuruhmu
menyentakkan hati ku akan kenyataan
Tak ada
yang lain nan dapat menghiburku selain hujan
Keramaian
mu bagaikan seni yang tak ada duanya
Ampasmu
mampu menghidupkan umat
Kedatanganmu
berkah bagi bumi
Senyumlah.
No comments:
Post a Comment