Saturday, December 3, 2016

"Kalian Adalah Saudaraku"

Jagalah rahasia temanmu, tutupilah keburukannya dan diamlah jangan memperbesar kesalahannya yang sedang dibicarakan oleh orang lain. Tanpa rasa saling menghormati apa bedanya manusia dengan binatang? Jika kalian seperti ini terus, apa yang harus ku lakukan, apa yang bisa ku perbuat? Haruskah aku bunuh diri, atau minum secangkir kopi?... Astagfirullah,
Sore ini aku bisa menuliskan bait-bait yang paling sedih. Menyadari bahwa aku tak lagi memlikinya. Merasakan bahwa aku telah kehilangannya. Mendengarkan suara setiap malam yang tak bertepi, tapi makin tak bertepi tanpanya, tanpa mu, tanpa kalian.
#kertas putih

Mencari Cinta

Aku lebih baik mencari cinta, itulah yang terutama, ketimbang bersorak-sorai di tengah jalan. 
Aku lebih baik mencari cinta, itulah tujuan hatiku, ketimbang berpikir dengan bijak tetapi bertindak dengan konyol. 
Aku lebih baik mencari cinta, begitulah aku diajarkan, ketimbang mencari seekor anjing yang baik, lalu menggigitku. 
Aku lebih baik mencari cintaaaaaa, karena cinta membawa kegairahan yang begitu besar, membuatku lupa akan asam nya buah jeruk. 
Cinta membuatku tidak pernah takut dengan kegelapan, sehingga rasanya seperti melenyapkan semua penderitaan hidup dalam beberapa jam kenikmatan.
Aku lebih baik mencari cinta.....
SANG PENCIPTA ALAAAAMMM, BERIKANLAH KAMI CINTAAA........

"Jangan Tanyakan Padaku"

Jika seseorang memiliki sifat yang baik, apakah kebaikan lainnya dibutuhkan? Jika seseorang terkenal, apalah arti dari sebuah riasan?. Menurutmu apa arti kehidupan sesungguhnya? hhmmmm kamu berkata, apa arti kehidupan. Aku harus jawab apa? Dan, kepada siapa aku harus bertanya tentang kebingunganmu.? Di setiap persimpangan jalan, aku melihat tema kehidupan, "kerasnya hidup ini"! Di pinggir kali, aku melihat tema kehidupan, "hidup ini tak adil".! Di tembok sebuah bangunan, akumelihat tema kehidupan, "hidup adalah berjuang".! Di tempat ibadah, aku melihat tema kehidupan, "hidup itu menuju akhirat".! Bahkan di dalam hutan sekalipun aku melihat tema kehidupan, "yang kuat yang menang, atau hidup tak bertuan, rimba raya tanpa kerajaan" hakhakhakhak.! dan masih banyak tema kehidupan lainnya. Lantas, kehidupan seperti apa yang kau tanyakan kepadaku, wahai kisanak? Sudahlah, aku pun juga tak tahu banyak tentang kehidupan, aku tak mau lagi mencari arti kehidupan ini, karna aku hanya ingin mencari tahu bagaimana cara meninggal yang baik.
Yasudah lah katamu. Aku kasih tau, aku bergerak dalam bentuk yang tak terhitung, waktu yang tiada batas, dalam kehidupan setelah kehidupan dan usia setelah usia selamanya. Aku pun juga tak tahu apakah ada lagi kehidupan setelah neraka padam?


Mari kita nikmati kopi pahit ini, wahai kisanak.

Percakapan Dua Cahaya Langit

Cahaya 1:
Ada apa dengan penghuni bumi ini? kenapa mereka selalu mengeluh dengan suatu keadaan. Apakah mereka tak bisa melihat lagi? Apakah sinaranku sudah tak mampu menajamkan mata mereka untuk melihat antar sesama? Haruskah aku menambah volume sinar tubuhku agar mereka makin kepanasan, sehingga tak satupun ada tempat berlindung. Bahkan tak satupun kesejukan yang mampu memberikan kenyamanan pada tubuhnya. Haruskah aku marah? Dan membuat api di sekeliling mereka. Karna aku muak dengan tingkah laku nya dan tidak kebersyukuran dirinya.
Cahaya 2:
Aku sudah merelakan diriku sebagai pemantul sinarmu dan memberikan cahaya remang kepada mereka agar mereka bisa istirahat, dan tubuhku selalu dianggap indah ketika aku bertelanjang. Mereka melihat aku sangat sempurna. Tetapi apa, mereka bukannya istirahat malah masih membuat kegaduhan, mengganggu ketentraman yang lain. Sebagian dari mereka mempergunakan cahayaku untuk menepi dari keramaian, mereka berzina, mereka mencuri, mereka merampok. Mereka bersyukur dengan keindahan warnaku, tetapi tidak bersyukur dengan nikmat yang telah dikarunia-i untuk mereka. Mereka tidak menyalami ku ketika aku ada, tetapi mereka mencariku ketika aku ditutupi awan hitam, bahkan mereka sebagian mengutuk diriku. Entah apa salahku pada merera. Aku sedih, ingin rasanya aku pergi ke planet lain. Karna disana tak ada yang mengutukku.
Cahaya 1:
Jangan lah engkau bersedih, sungguh aku tak kuasa melihatmu di zalimi oleh mereka. Lantas, apa yang harus kita lakukan? Haruskah aku mengeringkan air laut agar mereka selalu memohon ampun? Haruskah aku membakar semua pepohonan agar mereka mengetahui betapa pentingnya Sang Pencipta Alam bagi mereka?
Cahaya 2:
Jangan samakan diri kita dengan mereka yang tak tahu akan tanggung jawab mereka sebagai insan dunia. Tak tahu rasa berterima kasih, tak tahu rasa bersyukur walaupun sehari. Ada waktunya bagi mereka untuk menerima amarahmu, suatu kehangatan yang tak terbayangkan oleh mereka. Munkin sebentar lagi akan ada surat perintah untuk mu dan untuk ku meninggalkan mereka. Entah itu selama 7 hari, 7 bulan, atau 7 tahun. Wallahualam.
Cahaya 1:
Engkau memang mampu membuatku reda, wahai pemantul cahaya ku. Mari kita lihat saja, dan selalulah kita terangi jalan mereka. Entah itu jalan yang benar, entah itu jalan yang salah, atau jalan mereka sendiri. Karna kita takkan lama menyinari mereka.
Kedua penyinar itu tetap memberikan sinaran cahaya terang dan redup, tak pernah lelah, tak pernah mengeluh. Karena mereka tahu bahwa mereka dapat perintah dan menjadi tanggung jawab serta kewajiban sebagai penyinar. Itulah takdir mereka.

Salam Kata Tanpa Makna

Internal Audit

Audit adalah suatu pekerjaan yang bertugas melakukan pengecekan-pengecekan di seluruh isi suatu kantor, baik itu data, operasional, finance, dll. Dan audit disebut sebagai Auditor.

Auditor dianggap sebagai pelaku yang lurus, tegas, dan korektif. Dia tidak berhak memberikan punishment kepada audittee. Namun, para audittee selalu beranggapan bahwa auditor adalah object yang mengerikan, bahkan siap dikatakan sebagai tamu tak diharapkan. Dengan berbagai cara audittee untuk mengelabui auditor yang sedang mencari informasi. Biasanya audittee sering mengajak auditor ngobrol-ngobrol dengan tujuan untuk memperlambat proses kerja audit, ngajak jalan-jalan, bahkan ada yang mengajak karaokean di song bar.
Auditor adalah object yang lurus dan taat SOP. audittee yang di audit selalu berkilah, berdalih atau beralasan apapun dengan kuat untuk membela diri dari serangan audit. Data-data pendukungpun siap ditampilkan, jikapun data tersebut tidak lah kuat, maka audittee memberikan ancaman maupun tantangan kepada auditor. Biar begitu, audit tetap membuatkan report hasil temuannya ke Holding sebagai bukti hasil kerja, walaupun sesungguhnya masih ada lagi item-item yang terlewatkan, kalo kata Serius Band mah "audit juga manusia". Sepenuhnya hal itu bukanlah kesalahan auditor, kenapa bisa demikian? Karna beberapa audittee tidak koperatif dengan auditor, mereka membisu dengan segudang informasi. Sehingga pengecekan dan analisa audit tidak berjalan dengan mulus. Oleh sebab itu, auditor harus mampu menguasai ruang budaya audittee sebelum beraksi, auditor harus mampu menebar senyum agar tidak dianggap angker, auditor harus memiliki komunikasi yang bagus agar kata-katanya diterima oleh audittee, auditor harus sering menatap setiap ketikan yang dilakukan oleh audittee, dan menganalisa kinerja mereka yang di ambil dari beberapa sampling, lalu memberikan solusi or saran kepada audittee. Dengan itu, para audit sudah siap masuk ke ranah perang, dengan senjata-senjata yang lengkap, walaupun dengan beberapa senjata yang kecil.

Itulah ringkasan keseharianku sebagai seroang Audit.

Monday, May 23, 2016

KETIKA PUISI DATANG

Aku munkin bukanlah orang yang mampu mewujudkan segala impian dan keinginan ku untuk semuanya, aku hanya bisa berharap dan berhayal semoga semua itu menjadi kenyataan. Tetapi, aku tidak kuat dengan tenaga yang ku punya. Mereka yang kuhadapi adalah orang-orang yang menakjubkan, orang-orang yang tidak bisa ku rangkul dengan diriku sendiri. Terkadang aku ingin lari dan menepi dari sebuah kerumunan yang ku anggap adalah orang-orang yang menyepakati keinginan kebersamaan dari awal terbentuknya komunitas. tetapi ada beberapa hal yang masih membuatku bertahan, ada sebagian orang-orang yang tidak munkin kutinggalkan disana. Mereka masih membutuhkan cerita, kisah, dan juga motivasi dari ku. Hal ini merupakan benteng untuk diri yang tidak bisa lari, karena aku menganggap mereka adalah saudara-saudara ku. Anggapan ini datang ketika awal terbentuknya komunitas, kesepakatan kita bersama adalah, "yang bergabung dengan komunitas ini adalah saudara, tidak ada kata kami, yang ada hanyalah kata "Kita"." Hatiku melayang dibadung angin ketika mendengar sebuah visi yang menyatakan "gw banget". Namun dengan berjalannya waktu, visi tersebut mulai memudar dihiasi debu, sehingga tidak tampak jelas lagi visi yang mereka tuliskan, yang mereka simpan di laci memory masing-masing. Aku kecewa...
Memang benar bahwa membangun sebuah komunitas itu tidaklah hal sulit, tetapi bagaimana merancang, mengatur strategi kedepan, mempertahankan, itu adalah hal yang sulit. Namun, bukan berarti kita dengan mudah melupakan sebuah wejangan/slogan yang sudah dituliskan dan disepakati bersama. ada apa sebenarnya? kenapa bisa begitu? apakah itu hanya sebuah slogan? atau hanya sekedar jimat perangsang agar mudah untuk merekrut orang-orang disekitar?
Aku mulai merasakan ketidaknyamanan dalam hati, ingin rasanya berlari membiarkan langkah ku berjalan yang rasanya sudah tidak tahan lagi dengan lingkungan yang ku anggap "keluarga" (kaki ku aja bisa merasakan, apalagi hati). Tapi aku tidak mau membiarkan hari-hari ku, hatiku penuh dengan kekesalan dan kekecewaan, karna aku tau apa yang bisa membuat ku mampu untuk melupakan kekecewaan ini. Beberapa hal yang kulakukan untuk menghapus jejak hitam ini di hati ku yaitu, mulai dari bekerja, mendengarkan musik, tapi..... rasanya masih kurang. Ingatan ini masih membelenggu konsentrasiku, tersimpan di sela-sela benak ku yang bersegi banyak. Namun aku masih terus berusaha untuk menghapus jejak itu.
Aku jadi teringat dengan seseorang yang aku pernah berbincang-bincang dengannya di Taman Suropati Menteng, inisial F. Dia adalah seorang yang ku anggap mampu untuk menghanyutkan rasa kacau yang ada dibenakku pada saat ini. Tanpa ragu lagi aku meminta untuk membuatkan sebuah puisi, sebuah aljimat yang bisa membuatku lepas dari belenggu yang tidak kuharapkan kehadirannya. Aku bercerita dengannya, menceritakan kisah kegalauan ini yang munkin rasanya "lebay" sekali. Tapi aku ga peduli, ini semua demi kenyamanan ku, demi diriku, dan demi masa depanku (agar bisa konsentrasi bekerja).
F memang seseorang yang kuharapkan kehadirannya, tak segan-segan dia membantuku untuk melenyapkan/move on dari kekesalan itu. Seorang gadis periang, yang selalu bertegur sapa dengan sesama, entah siapapun itu, dia tetap selalu berbagi senyum dengan yang lain. Tak ada seorang pun yang bisa mengelakkan sharing itu, sesuai dengan kata bijak "HAPPINESS ONLY REAL WHEN SHARED". Karna aku sudah merasakannya.
Seperti pinta ku tadi, F membuatkan sebuah puisi yang memiliki kekuatan, memiliki magnet spirit, membuat akal ku kembali menjadi sehat seperti kemaren-kemaren. Rencanaku berhasil untuk memulihkan keadaan. Tak bisa kupungkiri, puisi memang adalah bahasa kalbu yang datang dari dalam hati, dan paling dalam. Puisi bukanlah sebuah rangkaian kata-kata logika. Ketika puisi yang kita baca itu menarik, maka tak satupun kacang kulit akan terkupas. Thanks a million. :)
Aku mulay kembali membara, semangatku mulai terisi. Tapi kembali lagi keawal, apakah aku masih akan tetap bertahan dengan sebuah lingkaran yang terbatas.? Karna disatu sisi, aku tidak akan pernah membiarkan hatiku hitam dengan hal-hal yang tidak berarti bagiku, sebuah kisah yang tidak munkin akan kusimpan. Aku tidak akan membuat atau meninggalkan kisah hitam kepada orang-orang sekitar, sahabat baik, juga generasiku.
Secuil harapan awal ini akan ku ulangi lagi sebagai reminder teruntuk mereka, jangan hanya dijadikan penghias tembok, itu bukanlah sebuah kutipan, bukanlah sebuah dinding motivasi, tetapi itu adalah sebuah slogan yang harus di taati sesuai perjanjian. Dan berharap semoga mereka juga memiliki sebuah keinginan dan impian yang sama dengan yang lain, termasuk dengan impian yang ada didalam benakku, dan aku yakin merekapun juga berusaha untuk menjadi satu.

DAMAILAH SAUDARAKU

Saturday, March 19, 2016

Menulis Suka-Suka: CERITA SENJA

Menulis Suka-Suka: CERITA SENJA: Hati-hati dengan kebanggaan yang berlebihan, karena hanya menghasilkan kesombongan. Selagi kesuksesan sejati belum di tangan, jangan merasa diri lebih daripada orang lain. Baiklah kita saling merendahkan hati, supaya pada akhirnya kita ditinggikan !!!

Friday, January 29, 2016

CERITA SENJA



TERSENYUMLAH

Aku tau bahwa kehidupan ku tidak lah lebih baik dari mereka, bahkan kemampuan ku tidak lah lebih hebat di banding mereka semua. Namun, aku selalu bisa mencari kebahagiaan ku dengan cara yang tidak bisa dilakukan oleh mereka, dan tau bagaimana cara memanjakan hati ku, dan mereda emosi ku. Kebahagiaan ku jauh lebih berharga dari segala yang mereka punya, tak dapat dinilai.
Aku mengenal kebahagiaan ini semenjak aku tau apa itu kebencian dan kesombongan. Mereka yang membenci aku adalah mereka yang tidak pernah bisa merasakan betapa indahnya dunia ini. Mereka yang menyombongakan diri nya kepada ku adalah mereka yang tidak menyadari betapa luasnya bumi ini. Munkin mereka tidak sadar bahwa manusia itu adalah makhluk yang memberi nilai dan mampu memberikan tangan ketika mereka terjatuh dari tangga, dan mampu memberikan boncengan untuk berlari ketika mereka letih berlarian dikejar anjing, bahkan lebih hebatnya lagi manusia juga mampu memberikan tempat berteduh gratis ketika mereka basah karena kehujanan.
Aku tidak selamanya hidup dalam kesusahan, karena aku bukanlah manusia susah. Dalam setiap langkahku berjejak sebuah niat yang penuh dengan kebaikan, tanganku selalu mampu untuk berbagi walaupun secuil, suaraku yang pelan mampu mendendangkan syair-syair untuk menenangkan hati mereka yang galau, bibirku yang sedikit berwarna pink mampu memberikan senyuman kepada mereka yang lagi dilanda kesedihan. Aku berkata seperti ini karena aku tau siapa diriku, aku tau bagaimana cara membahagiakan diriku walaupun dalam setiap lamunan dan kesendirian. Aku menepi bukan berarti aku menjauh ataupun dijauhi, karena aku tidak ingin menjadi pengganggu di tengah canda gurau mereka yang begitu asik dengan gelak tawa yang lepas tanpa sadar kalau hari sudah semakin senja. Tetapi aku pun juga ikut bahagia ketika melihat mereka senang dan dijauhi dengan rasa keluhan.
Hebatnya, aku selalu menerima kedatangan mereka ketika mereka membutuhkan bantuan ku untuk meringankan beban yang ada di pikiran bahkan memuntahkan segala rasa yang menyumbat di hati mereka, semua cerita lebay itu tetap ku simak dengan keseriusan. Tak segan-segan aku pun memberikan saran-saran berdasarkan pengalaman ku sendiri, dan memberikan motivasi agar mereka tetap teguh seperti bapak Mario.
Memberikan motivasi dan energi positif kepada mereka adalah salah satu kebahagiaan bagi diri ku. Aku tidak pernah marah ketika ada orang lain membenci ku karna alasan maupun tanpa alasan, bagi ku itu masalah dia. Aku tidak pernah risih ketika orang lain menyombongkan diri nya dihadapan ku, karna bagi ku itu urusan dia. Namun, aku tetap tersenyum ketika mereka bertamu ke singasana ku untuk berbagi, maupun memberikan saran, tapi yang lebih sering mereka datang kepada ku untuk sekadar curhat.
Hidup, aku selalu menikmati kehidupan ini, apapun bentuk ku, apapun status ku. Tapi biarpun begitu, aku pun pernah juga mengalami rasa “ngeluh” bahkan juga membutuhkan seorang pendengar yang mau mendengarkan, karna aku bukanlah manusia hebat seperti khotbah nya orang-orang, aku hanya manusia biasa yang memiliki rasa sedih, kesal, nafsu, dan juga rasa kasih. Namun tentunya hal ini tidak lah keseringan maupun ke setiap orang. Karna bagiku, tak semudah itu untuk meluapkan rasa hati, tak segampang itu aku menceritakan kesah ku kepada semua orang. Dalam arti, ada orang pilihan yang selalu tau cuaca hatiku.
Itulah lingkaran hidup. Ibuku pernah menyebutkan sebuah pepatah kuno “sebanyak orang yang membenci kita, sebanyak itu pula orang yang menyayangi kita”. Aku selalu mengingat kalimat tersebut, karna dengan begitu aku merasa tidak perlu kuatir. Manusia adalah makhluk sosial, tak ada manusia yang hidup dalam kesendirian, walaupun ada mungkin hidupnya benar-benar malang, dan tidak berwarna.

CERITA SENJA



JAMAN MILENIUM


Aku masuk sekolah SMA tepat di tahun 2000, tahun itu disebut sebagai tahun milenium. Tapi, tahun itu bukanlah tahun kebahagiaan bagiku, bukan tahun yang baik untuk ku. Karena, Aku mulai mengalami kekacauan dimasa itu, Aku terjatuh kedalam jurang, Aku salah jalan, dan Aku tersesat. Tak seorang pun yang menyadari bahwa Aku yang kecilnya sangat rajin shalat, sering ke masjid, dan mengaji dirumah. Namun semua berubah setelah Aku di usia remaja. Aku mulai melawan, membantah setiap perkataan yang ditujukan kepada ku, dan lebih parahnya, Aku sudah tidak pernah melakukan shalat wajib lagi yang hanya 5 waktu dalam sehari.
Pada jaman SMA, Aku sering berpindah-pindah sekolah karena kelakuan ku yang buruk. Aku memiliki banyak teman, dan Aku sering dihargai. Aku merasakan kebebasan, tak ada lagi yang namanya kesedihan, yang ada hanyalah uang. Yaa uang, bagaimana caranya Aku harus mendapatkan uang untuk memanjakan diriku dengan membeli alkohol dan beberapa paket barang haram. Setiap hari Aku memaksa memintak kepada kakak sepupu ku, bahkan Aku berbohong sama bibi dan orang tua ku. dengan alasan, untuk membeli buku, membayar segala macam iuran yang ga masuk di akal. Hingga akhirnya semua kebongkar. Aku ketahuan menggunakan barang haram dan meminum minuman alkohol. Semua tercengang seakan tidak percaya. Aku dimarahi setiap hari, tetapi Aku tidak sedih malah yang ada adalah kebencian, kenapa Aku dimarahi. Bahkan dengan rasa penuh emosi aku berkata “tak seorang pun yang menyayangiku, untuk apa aku hidup di dunia ini, toh jikapun Aku sudah tidak ada munkin tak seorang pun yang akan bersedih, tak seorang pun yang akan menangis, juga tak ada seorang pun yang merindukan Aku”.
Aku dibawa pindah oleh kakak ku ke Jakarta dan sekolah disana. Kakak ku berjanji kepada orang tua ku dan juga bibi ku bahwa dia akan menjaga dan merawat ku. Aku pun ikut dan mematuhi nya. Setiba di Jakarta, Aku dikenali dengan saudara ku juga, namanya Nanda. Dia gadis kecil yang smart. Nanda sering ngajak ku jalan-jalan ke mall, dan juga memperkenalkan Aku dengan teman-temannya. Tapa disadari, salah satu teman sodaraku itu jatuh hati ketika melihatku pertama kali, hehehe. Namanya Putri. Dia memberiku sepucuk surat, Aku pun kaget penasaran dan berlari ke kamar untuk membaca surat tersebut. Ternyata dia menyatakan cintanya kepada ku. Setelah membaca surat tersebut, aku tersenyum lalu berucap “kamu manis Put, dan kamu juga berani”.
Ke esokan harinya, Putri mengunjungi ku kerumah menanyakan keberadaanku sama kakak ku “Assalamualeykum, kakak, Dino nya ada?” tanya Putri ke kakak ku. “Dino ada di kamar, masuk aja Putri” kakak ku menyebutkan dan mengajak putri untuk masuk kerumah. Lalu kakak memanggilku ke kamar dan bilang “Dino, ada Putri tuh di luar”, “Iya sebentar” sahut ku. Aku keluar menemui Putri dan berkata “Hai Put, ada apa?” tanya ku pada Putri yang lagi duduk dikursi dan senyum-senyum melihat ku. “Ga ada apa-apa, aku Cuma mampir aja”, jawab Putri, “Kamu lagi ngapain, Dino?” tanya putri kepada ku, “Ga ngapa-ngapain sih, dikamar aja baca buku” jawab ku sambil membalas senyuman Putri. “Owh, kalo gitu, jalan-jalan yuk sama Aku?” ajakan Putri. Aku merasa malu dan garuk-garuk kepala bagian belakang sambil cengengesan “Kita jalan-jalan kemana Put?” tanyaku sambil penasaran, “Jalan-jalan aja, yaa ke taman kek maen, emang kamu ga bosan dirumah terus?” Putri membujukku agar Aku bisa ikut dengannya, “Ok deh, aku cuci muka dulu ya!” jawab ku setuju, lalu kami berpamitan ke kakak ku untuk jalan-jalan ke taman.
Pandangan batinnya telanjang sebagaimana adanya,
Liriknya disertai tanpa emosi,
Jiwanya tidak tergoncangkan dengan adanya stimulant yang berasal dari dalam dirinya, maupun berasal dari lingkungannya,
Hidupnya dalam nuansa kaya tanpa harta, sakti tanpa ilmu.

Putri adalah seorang gadis hitam manis berambut keriting panjang dan lebat, dia anak orang kaya tetapi tidak kelihatan kaya, dia berpenampilan sederhana dan tidak sombong. Gak heran jika semua orang yang berada dilingkungan ku itu iri ketika Putri mendekati ku. Tapi ada juga yang merasa salut sama ku karna mampu membuat Putri jatuh cinta kepada ku, karena Putri adalah seorang wanita idola para lelaki yang ada di lingkungan ku tersebut.
Putri orang yang selalu mengisi hari-hari ku yang kosong, dia bisa membuat Aku melupakan kehidupan ku yang kelam, dia selalu setia mendengarkan ocehan ku walaupun berjam-jam lamanya, dia selalu tau dengan cuaca hati ku, dan dia bisa membuat Aku tersenyum. Ketika Aku lagi bahagia, aku tau kepada siapa kebahagiaan itu akan aku bagi.
Namun kebersamaan itu hanya bersifat sementara. Aku menikmati indahnya hidup ini bersama Putri hanya selama 3 bulan. Hubungan kami putus ketika kakak Putri melarang nya untuk berpacaran dengan ku, kakak nya tidak menyukaiku. Karna Aku hanyalah orang biasa yang berpenampilan slengean. Putri tidak berani melawan perkataan kakak nya karna yang merawat Putri selama ini adalah kakak nya. Aku pun memberanikan diri untuk menjemput Putri kerumahnya, namun aku dihadang oleh kakak Putri, Aku diusir, Aku dimaki. Aku sudah tak bisa berkata apa-apa lagi sewaktu kakak nya Putri memuntahkan beberapa syair kuno kemuka ku. Aku lemah, dan membalikan badan ku melangkah pulang.
Aku merasakan kesepian dan kesedihan. Setiap hari, setiap malam Aku selalu memikirkan Putri apakah dia juga memikirkan Aku?. Diriku yang tadinya memiliki kehidupan tapi hilang lagi bagaikan asap yang dibawa angin. Ingin sekali ku berlari kesana tak peduli berapapun sakitnya, memeluknya dan menangis dipangkuannya. Tapi Aku tidak sanggup karna Aku hanyalah lelaki pengecut yang hanya bisa bersandar di tempat orang yang memberikan Aku energi.
Beginilah planet kehidupan
Dunia penuh warna
Perputaran bumi entah kapan berhenti
Disaat saudara kita merasa tersepelekan, merasa tak diacuhkan
Disitulah dia memuntahkannya dalam sebuah nyanyian jiwa
Teriakan yang memekikkan hati
Cerita kuno yang seharusnya hanyut terbuang di samudera seakan kembali di hamparan pantai
Kehidupan ini tak seindah bunga mawar, wangi dan menyembuhkan
Realitanya tak seindah pilihan menentukan jalan
Menentukan tanpa pertimbangan yang logis
Hanya mampu menjadikannya sebuah penyesalan
Munkin aku bukan orang yang tegar
Mampu mematahkan ranting yang menusuk kaki ku
Berjuta bintang di galaxy hening diselimuti awan hitam
Tak ada cahaya penyejuk hati
Wahai rembulan yang disana, tolong dengarkanlah
Hanya engkau lah pemilik caya malam ini
Biarkanlah malam ini berlalu tanpa perbuatan.

CERITA SENJA

BOCAH TEGAR



Aku lahir di sebuah Desa Padang Pariaman. Dimana kampung ku itu berdekatan dengan pantai. Aku kecil tinggal dengan sodara Bapak yaitu bibi ku, karna waktu itu keluarga kami dilanda kesusahan ekonomi semenjak Bapak ku telah tiada. Bapak ku pergi meninggalkan dunia ini sejak aku masih di dalam kandungan Ibu, sehingga aku dibesarkan oleh bibi ku pada saat usia 3 tahun. Aku selalu menangis di tengah malam, tak kuat hati ini berpisah dengan Ibu ku satu-satunya orang tua kandung ku yang ada. Kita semua berpisah dari Ibu, hanya kakak pertama yang tinggal bersama Ibu ku.
Setiap pagi, aku selalu bermenung di tangga depan rumah bibi berharap Ibu ku datang dan membawa ku pergi bersamanya. Aku ga peduli sesulit apa pun kehidupan ku yang jelas keinginanku hanya lah satu, yaitu tinggal bersama Ibu kandung ku. Namun, kakak-kakak sepupu ku tidak tinggal diam, mereka selalu menghibur ku dengan bermacam cara agar aku tidak selalu sedih ditinggal Ibu. Aku di ajak jalan-jalan, dibelikan makanan, bahkan bibi ku sering mengajak ku ke Sekolahan tempat dia mengajar. Disana Aku disayang oleh para guru-guru dan murid-murid nya. Oh ya aku lupa memberi tahu, bibi ku itu adalah seorang guru mengajar mata pelajaran Ekonomi di SMA N.
Sesaat Aku melupakan kesedihan ku, namun setibanya dirumah Aku teringat lagi dan berharap lagi, “Aku mau pulang, Aku mau ketemu sama Ibu” ronta ku di sore hari itu. Serentak bibi ku marah dan berkata “Ibu mu itu pergi jauh, dia ga sayang sama kamu, buktinya dia ga mau merawatmu dan menitipkan kamu sama kami,” Aku terdiam dan tak kuasa menahan tangisan ku yang mengharu, lalu bibiku melanjutkan perkataannya “Sudahlah jangan kau ingat lagi Ibu mu itu, dia sudah pergi jauh dan ga kembali lagi, kamu di sini aja sekolah, belajar yang rajin, semoga kelak kamu jadi anak yang berguna bagi keluargamu”.
Aku tak percaya bahwa Ibu ku sekejam itu kepada anak-anak nya, walaupun Aku masih kecil tetapi Aku tau kenapa Ibu ku menitipkan Aku di tempat saudara Bapak ku.
Hari demi hari, bulan demi bulan, Aku pun mulai melupakan kesedihan ku dan sibuk dengan bermain bersama anak-anak tetangga yang sebaya dengan ku. Mereka lah yang menjadi teman kecil ku bermain, mereka yaitu: Ari, Adi, dan Adek. Kita semua senasib, sama-sama tidak memiliki Bapak, namun mereka tetap tinggal bersama Ibu nya, tak seperti Aku yang ditinggal pergi oleh Ibu ku demi mencari uang untuk melunasi hutang-hutang Bapak ku.
Tepat di usia ku 4,5 tahun. Aku dititipkan di Sekolahan Dasar, karna dirumah tidak ada yang menjagaku, Bibi ku juga sering kerepotan ketika mengajak ku ke sekolahan tempat dia mengajar, bibi ku dan suaminya sibuk kerja dan kakak-kakak sepupu ku juga masih sekolah. Jadi, rumah sangat kosong tidak ada orang di pagi hari hingga siang.
Setiap sore, Aku selalu belajar menulis bersama kakak sepupu ku yang perempuan namanya Ir, bahkan pembelajaran dirumah berlanjut setelah makan malam hingga jam 09.00 malam, begitu terus setiap hari. Dia sangat menyayangi ku, dia selalu memandikan Aku di pagi hari dan juga sore hari. Dia tak pernah memarahiku, selalu lembut ketika mengajak ku dan mengajari Aku untuk belajar menulis dan membaca, hingga akhirnya Aku pun bisa menulis dan membaca.
Aku adalah anak kecil yang banyak disayang orang lain. Di lingkungan ku, aku sangat dikenal. Karna, Aku memiliki wajah yang imut, putih, dan sedikit gemuk, hehehe.. Aku sering digendong oleh pemuda-pemuda setempat dan diajakin jajan di warung. Mereka memanggiku dengan panggilan “cial”. Sebuah panggilan yang berkesan anak manja. Setiap liburan panjang, Aku selalu diajak jalan-jalan ke Kota Jakarta atau ke Bandung, mengenal Dufan, Ancol, dan Jakarta Fair.
Hari-hari ku ditemani runtuhan hujan
Berdendang indah di atas genteng
Gemuruhmu menyentakkan hati ku akan kenyataan
Tak ada yang lain nan dapat menghiburku selain hujan
Keramaian mu bagaikan seni yang tak ada duanya
Ampasmu mampu menghidupkan umat
Kedatanganmu berkah bagi bumi
Senyumlah.

Wednesday, January 27, 2016

BOCAH TEGAR



Aku lahir di sebuah Desa Padang Pariaman. Dimana kampung ku itu berdekatan dengan pantai. Aku kecil tinggal dengan sodara Bapak yaitu bibi ku, karna waktu itu keluarga kami dilanda kesusahan ekonomi semenjak Bapak ku telah tiada. Bapak ku pergi meninggalkan dunia ini sejak aku masih di dalam kandungan Ibu, sehingga aku dibesarkan oleh bibi ku pada saat usia 3 tahun. Aku selalu menangis di tengah malam, tak kuat hati ini berpisah dengan Ibu ku satu-satunya orang tua kandung ku yang ada. Kita semua berpisah dari Ibu, hanya kakak pertama yang tinggal bersama Ibu ku.
Setiap pagi, aku selalu bermenung di tangga depan rumah bibi berharap Ibu ku datang dan membawa ku pergi bersamanya. Aku ga peduli sesulit apa pun kehidupan ku yang jelas keinginanku hanya lah satu, yaitu tinggal bersama Ibu kandung ku. Namun, kakak-kakak sepupu ku tidak tinggal diam, mereka selalu menghibur ku dengan bermacam cara agar aku tidak selalu sedih ditinggal Ibu. Aku di ajak jalan-jalan, dibelikan makanan, bahkan bibi ku sering mengajak ku ke Sekolahan tempat dia mengajar. Disana Aku disayang oleh para guru-guru dan murid-murid nya. Oh ya aku lupa memberi tahu, bibi ku itu adalah seorang guru mengajar mata pelajaran Ekonomi di SMA N.
Sesaat Aku melupakan kesedihan ku, namun setibanya dirumah Aku teringat lagi dan berharap lagi, “Aku mau pulang, Aku mau ketemu sama Ibu” ronta ku di sore hari itu. Serentak bibi ku marah dan berkata “Ibu mu itu pergi jauh, dia ga sayang sama kamu, buktinya dia ga mau merawatmu dan menitipkan kamu sama kami,” Aku terdiam dan tak kuasa menahan tangisan ku yang mengharu, lalu bibiku melanjutkan perkataannya “Sudahlah jangan kau ingat lagi Ibu mu itu, dia sudah pergi jauh dan ga kembali lagi, kamu di sini aja sekolah, belajar yang rajin, semoga kelak kamu jadi anak yang berguna bagi keluargamu”.
Aku tak percaya bahwa Ibu ku sekejam itu kepada anak-anak nya, walaupun Aku masih kecil tetapi Aku tau kenapa Ibu ku menitipkan Aku di tempat saudara Bapak ku.
Hari demi hari, bulan demi bulan, Aku pun mulai melupakan kesedihan ku dan sibuk dengan bermain bersama anak-anak tetangga yang sebaya dengan ku. Mereka lah yang menjadi teman kecil ku bermain, mereka yaitu: Ari, Adi, dan Adek. Kita semua senasib, sama-sama tidak memiliki Bapak, namun mereka tetap tinggal bersama Ibu nya, tak seperti Aku yang ditinggal pergi oleh Ibu ku demi mencari uang untuk melunasi hutang-hutang Bapak ku.
Tepat di usia ku 4,5 tahun. Aku dititipkan di Sekolahan Dasar, karna dirumah tidak ada yang menjagaku, Bibi ku juga sering kerepotan ketika mengajak ku ke sekolahan tempat dia mengajar, bibi ku dan suaminya sibuk kerja dan kakak-kakak sepupu ku juga masih sekolah. Jadi, rumah sangat kosong tidak ada orang di pagi hari hingga siang.
Setiap sore, Aku selalu belajar menulis bersama kakak sepupu ku yang perempuan namanya Ir, bahkan pembelajaran dirumah berlanjut setelah makan malam hingga jam 09.00 malam, begitu terus setiap hari. Dia sangat menyayangi ku, dia selalu memandikan Aku di pagi hari dan juga sore hari. Dia tak pernah memarahiku, selalu lembut ketika mengajak ku dan mengajari Aku untuk belajar menulis dan membaca, hingga akhirnya Aku pun bisa menulis dan membaca.
Aku adalah anak kecil yang banyak disayang orang lain. Di lingkungan ku, aku sangat dikenal. Karna, Aku memiliki wajah yang imut, putih, dan sedikit gemuk, hehehe.. Aku sering digendong oleh pemuda-pemuda setempat dan diajakin jajan di warung. Mereka memanggiku dengan panggilan “cial”. Sebuah panggilan yang berkesan anak manja. Setiap liburan panjang, Aku selalu diajak jalan-jalan ke Kota Jakarta atau ke Bandung, mengenal Dufan, Ancol, dan Jakarta Fair.
Hari-hari ku ditemani runtuhan hujan
Berdendang indah di atas genteng
Gemuruhmu menyentakkan hati ku akan kenyataan
Tak ada yang lain nan dapat menghiburku selain hujan
Keramaian mu bagaikan seni yang tak ada duanya
Ampasmu mampu menghidupkan umat
Kedatanganmu berkah bagi bumi
Senyumlah.

10 Kelebihan yang Dimiliki Oleh Anak

 Setiap anak memiliki potensi oleh Allah swt. Allah memberikan 10 kelebihan kepada anak, maka orang tua harus memperhatikan kecerdasannya: 1...