Saturday, December 3, 2016

Percakapan Dua Cahaya Langit

Cahaya 1:
Ada apa dengan penghuni bumi ini? kenapa mereka selalu mengeluh dengan suatu keadaan. Apakah mereka tak bisa melihat lagi? Apakah sinaranku sudah tak mampu menajamkan mata mereka untuk melihat antar sesama? Haruskah aku menambah volume sinar tubuhku agar mereka makin kepanasan, sehingga tak satupun ada tempat berlindung. Bahkan tak satupun kesejukan yang mampu memberikan kenyamanan pada tubuhnya. Haruskah aku marah? Dan membuat api di sekeliling mereka. Karna aku muak dengan tingkah laku nya dan tidak kebersyukuran dirinya.
Cahaya 2:
Aku sudah merelakan diriku sebagai pemantul sinarmu dan memberikan cahaya remang kepada mereka agar mereka bisa istirahat, dan tubuhku selalu dianggap indah ketika aku bertelanjang. Mereka melihat aku sangat sempurna. Tetapi apa, mereka bukannya istirahat malah masih membuat kegaduhan, mengganggu ketentraman yang lain. Sebagian dari mereka mempergunakan cahayaku untuk menepi dari keramaian, mereka berzina, mereka mencuri, mereka merampok. Mereka bersyukur dengan keindahan warnaku, tetapi tidak bersyukur dengan nikmat yang telah dikarunia-i untuk mereka. Mereka tidak menyalami ku ketika aku ada, tetapi mereka mencariku ketika aku ditutupi awan hitam, bahkan mereka sebagian mengutuk diriku. Entah apa salahku pada merera. Aku sedih, ingin rasanya aku pergi ke planet lain. Karna disana tak ada yang mengutukku.
Cahaya 1:
Jangan lah engkau bersedih, sungguh aku tak kuasa melihatmu di zalimi oleh mereka. Lantas, apa yang harus kita lakukan? Haruskah aku mengeringkan air laut agar mereka selalu memohon ampun? Haruskah aku membakar semua pepohonan agar mereka mengetahui betapa pentingnya Sang Pencipta Alam bagi mereka?
Cahaya 2:
Jangan samakan diri kita dengan mereka yang tak tahu akan tanggung jawab mereka sebagai insan dunia. Tak tahu rasa berterima kasih, tak tahu rasa bersyukur walaupun sehari. Ada waktunya bagi mereka untuk menerima amarahmu, suatu kehangatan yang tak terbayangkan oleh mereka. Munkin sebentar lagi akan ada surat perintah untuk mu dan untuk ku meninggalkan mereka. Entah itu selama 7 hari, 7 bulan, atau 7 tahun. Wallahualam.
Cahaya 1:
Engkau memang mampu membuatku reda, wahai pemantul cahaya ku. Mari kita lihat saja, dan selalulah kita terangi jalan mereka. Entah itu jalan yang benar, entah itu jalan yang salah, atau jalan mereka sendiri. Karna kita takkan lama menyinari mereka.
Kedua penyinar itu tetap memberikan sinaran cahaya terang dan redup, tak pernah lelah, tak pernah mengeluh. Karena mereka tahu bahwa mereka dapat perintah dan menjadi tanggung jawab serta kewajiban sebagai penyinar. Itulah takdir mereka.

Salam Kata Tanpa Makna

No comments:

10 Kelebihan yang Dimiliki Oleh Anak

 Setiap anak memiliki potensi oleh Allah swt. Allah memberikan 10 kelebihan kepada anak, maka orang tua harus memperhatikan kecerdasannya: 1...